Rupiah Melemah, Petani Tebu Dapat Berkah

Rabu, 22 Maret 2017 - 10:12:32


Illustrasi
Illustrasi / KOMPAS.COM

BONDOWOSO, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah yang melemah bukan ancaman yang menyeramkan bagi masa depan perekonomian bangsa. Sebab, jika disikapi bijak, kondisi ini bisa menjadi pendorong bagi peningkatan produksi gula nasional.

"Dengan nilai tukar rupiah yang melemah, impor gula juga melemah. Dalam kondisi seperti ini, selama kita mampu memproduksi gula dengan daya saing maka petani tebu akan terus menerima berkah," kata Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil di Bondowoso, Jawa Timur, Senin (31/8/2015).

Dalam sambutan pada Musyawarah Kerja APTRI, Arum mengemukakan, harga gula dunia saat ini berada pada posisi nisbi tinggi. Secara alamiah, harga gula lokal pun kemudian turut mengikuti harga yang layak diterima petani.

Ia juga menyatakan, selain petani tebu, petani tembakau di Jember dan petani kopi di Bondowoso juga menerima keuntungan dari melemahnya nilai rupiah.

"Jika semua kebutuhan rakyat dapat dipenuhi petani lokal, maka sebenarnya kenaikan harga pangan akibat melemahnya nilai tukar rupiah tidak akan terjadi," ucapnya.

Tetapi Arum mengakui, khusus untuk kedelai, sementara ini harganya semakin tidak terkendali, karena hampir 80 persen kedelai yang ada di pasaran adalah hasil impor.

Berangkat dari kondisi demikian, ia mengajak semua elemen bangsa supaya melakukan introspeksi obyektif. Dalam kaitan itu pula, menurut dia, upaya melumpuhkan semangat petani sudah saatnya dilawan dengan dukungan pemerintah dan jaminan harga hasil pertanian yang layak.

"Kemandirian pangan akan menjadi benteng dari segala bentuk intervensi ekonomi global," kata tokoh petani nasional asal Jember, Jawa Timur itu sambil meminta masyarakat agar tidak panik dalam menyikapi kondisi ekonomi yang belum menguntungkan.



Sumber: KOMPAS.COM